Sunday, April 09, 2006

Submission Grappling dalam Situasi Bela Diri?

Saya sering sekali mendapat pertanyaan mengenai kegunaan Submission Wrestling/Grappling dalam keadaan bela diri. Banyak grappler2 yang akan memberikan jawaban 'ya tentu saja sangat efektif'. Jawaban saya adalah 'tergantung keadaan ... tapi untuk kebanyakan keadaan tidak akan efektif'. Perkenankanlah saya menjelaskan mengapa ...

Bila anda mendapat jawaban dari para grappler yang berpendapat bahwa submission wrestling itu efektif untuk bela diri pasti akan berargumen bahwa submission grappling adalah merupakan dasar yang sangat penting untuk Mixed Martial Arts. Pertanyaan saya: Apakah MMA merupakan situasi bela diri? Mari kita kaji ulang apa yang kita maksud dengan situasi bela diri terlebih dahulu.

Yang membedakan antara situasi bela diri dengan Submission Wrestling & Mixed Martial Arts (MMA) adalah satu kata: kehormatan (dalam bahasa Inggris: honor). Submission Wrestling dan MMA penuh kehormatan. Mengapa demikian? Karena petarung2 di kedua olah raga ini setuju dengan suatu aturan tertentu dan dengan itikad sportif akan bertanding dalam ruang lingkup aturan yang sudah disetujui. Walaupun aturan dari Submission Wrestling dan MMA akan terdengar terlalu keras bagi publik pada umumnya, elemen kehormatan sangat kental di kedua cabang olah raga ini. Segala macam pertarungan yang sudah ditentukan waktu, tempat, jumlah petarungnya (satu lawan satu) dan aturannya adalah penuh dengan kehormatan. Termasuk MMA, Submission Grappling, pertarungan menggunakan senjata, dsb.

Situasi bela diri (street fighting) tidak mengenal kehormatan. Saya ingin mengajak para pembaca yang sudah pernah terlibat di dalam situasi bela diri. Apakah anda bisa memilih tempat, waktu, aturan mainnya, dan memilih lawan anda (satu lawan satu atau satu lawan banyak orang)? Apakah anda diberi waktu terlebih dahulu untuk melemaskan otot (stretching), atur strategi, atau latihan yang cukup untuk mempersiapkan diri? Pertanyaan terakhir untuk anda ... apakah orang yang memaksa anda kedalam situasi bela diri tersebut pantas diberi kehormatan?

Memang bila kita bicara mengenai 'kehormatan', pasti kita akan juga teringat dengan kata 'malu'. Marilah kita bicarakan mengenai rasa malu ...

Studi Kasus: anda (seorang pemegang sabuk hitam di bela diri kara-tao Dan 5 dan sudah berkeluarga punya anak 3) sedang berada disuatu tempat sendiri dan dihadapkan dengan situasi dimana ada seorang preman mengeluarkan pisau karatan dan meminta uang anda.

Pilihan anda ada beberapa hal:

  1. Anda merasa malu karena anda sudah sabuk hitam tingkat 5 sehingga merasa harus melawan sehingga ketika melawan, anda mengambil resiko bisa tergores oleh pisau karatan tersebut (pasti kena tetanus), juga bisa terpotong urat nadinya (mati kehabisan darah), tertusuk perutnya (keluar ususnya), tercolok matanya (buta), dsb.
  2. Anda berikan uang anda sesuai permintaan sang preman dan pulang tanpa cidera.

Sadarkah anda bahwa pilihan 1 mempunyai resiko yang akan mengantar anda ke rumah sakit? Mana yang lebih malu bagi anda. Saya sendiri sih lebih memilih pilihan ke 2 (walau juga malu). Tapi bagi saya yang lebih memalukan lagi adalah bila anda masuk ke rumah sakit lalu meninggal karena tusukan pisau tersebut (artinya keluarga anda kelilangan mata pencaharian = anak istri melarat, kelaparan, dsb). Jangankan meninggal, terkena tetanus karena pilihan 1 saja juga sudah jauh lebih memalukan dari rasa malu yang didapat dari pilihan 2.

Sekarang bagaimana kalau kita modifikasi keadaan studi kasusnya dimana sang preman menggunakan pisau yang dilumuri dengan racun (sianida). Tentunya resiko dari pilihan 1 semua menuju rumah duka.

Nah, mungkin ada beberapa dari pembaca yang masih meragukan: "Apakah bisa pisau tersebut menggores tubuh saya kalau saya sudah sabuk hitam Dan 5?" Ok, kita buktikan saja ... coba cari kenalan anda agak sedikit hiperaktif (apalagi remaja/anak nakal), berikanlah mereka setangkai arang atau kayu yang dilumuri dengan pewarna (seperti crayon). Cobalah suruh orang tersebut untuk menggoreskan kayu arang tersebut ke bagian tubuh anda yang mana saja (biarkan mereka munggunakan akal bulus mereka). Cobalah lakukan dalam waktu 2 menit. Setelah 2 menit, hitunglah berapa goresan arang/crayon yang ada pada anggota tubuh anda?

Mari kita lanjutkan ke pembicaraan apakah seorang submission grappler bisa membela diri dengan baik di situasi street fighting? Memang bagi yang pernah mendengar ucapan para pakar Brazilian Jiu-Jitsu (khususnya yang bermarga Gracie), pasti mereka berani bersumpah bahwa Grappling itu sangat efektif untuk perkelahian di jalanan. Beginilah analisa saya: Memang di Brazil para keluarga kesohor Gracie sering berkelahi satu lawan satu di jalanan. Mengapa demikian? Memang ada faktor budaya latin yang mementingkan 'Mano-a-Mano' dengan kata lain satu lawan satu (man to man). Tapi setahu saya juga para anggota keluarga Gracie juga memang selalu pergi kemana2 dalam kelompok besar, jadi mereka jarang pergi sendirian (mungkin juga karena banyak yang cemburu terhadap keluarga Gracie). Sifat 'nge-geng' ini juga terbawa pada saat keluarga Gracie membuka sekolah2 di Amerika Serikat. Brazilian Jiujitsu dan segala jenis Grappling lainnya memang ilmu perkelahian yang sangat efektif untuk situasi satu lawan satu. Jadi cara membuat Grappling effektif adalah bila anda membawa banyak teman sehingga bisa memaksa keadaan pertarungan satu lawan satu.

Jadi bela diri macam apa yang paling efektif untuk situasi 'streetfighting'? Bagi para penggemar bela diri yang tidak pernah melatih diri, janganlah berkecil hati, karena sebetulnya faktor2 bela diri di jalanan tidak hanya sekedar ilmu pertarungan itu sendiri. Menurut hemat saya, faktor terbesar dari keselamatan diri adalah ilmu menghindari pertarungan. Ilmu ini mencakup:

  1. Menghindari tempat2 yang berpotensi konflik tinggi
  2. Kesadaran terhadap lingkungan sebelum terjadinya konflik (siapa tahu dengan sadar sudah bisa menghidar/kabur/pergi/dll duluan)
  3. Kemampuan 'negosiasi' pada saat dipojokan oleh sang bergundal
  4. Memiliki emosi yang terkontrol (mengalah bukan berarti kalah)
  5. Dan bila memang konflik sudah tidak mungkin dibendung lagi padahal anda tidak bisa bertarung ... jangan lupa terhadap jurus 'langkah seribu'. Jadi bagi anda2 yang tidak latihan bertarung, paling tidak anda harus bisa lari 100-400 meter sprint dengan waktu yang cukup cepat.
  6. dsb.

Pesan terakhir dari saya:

Submission Grappling, tinju, karate, Kung Fu, bahkan MMA, adalah olah raga terhormat dimana para petarung bertanding dibawah suatu aturan yang sudah disetujui sebelumnya. Ini sangat terhormat dan pantas dijunjung tinggi. Situasi streetfighting tidak terhormat dan sering kali mendatangkan malu. Janganlah malu untuk langkah seribu. Yang penting anda bisa pulang ke rumah anda dengan selamat dimana anak & istri anda sudah menunggu anda. Jangan buat mereka malu.

Salam

Friday, April 07, 2006

Perjalanan Seorang Grappler

Kisah ini saya ceritakan berdasarkan pengalaman dan observasi saya sebagai seorang grappler yang belajar grappling di Amerika Serikat. Pertama kali saya merasakan pertarungan grappling adalah sewaktu saya masih sering ikut pertandingan bela diri Filipina yang bernama Arnis (1992-1993). Olah raga ini pada dasarnya adalah Mixed Martial Arts + senjata pentungan rotan. Bila berhadapan dengan lawan2 yang pernah belajar gulat, saya selalu kesulitan karena pada dasarnya saya sangat buta terhadap pertarungan grappling.

Lalu pada tahun 1993, saya melihat ada iklan di majalah 'Black Belt' mengenai Brazilian Jiu-Jitsu dan tertarik untuk memesan kopi video: Gracie Jiu-Jitsu in Action 1 & 2. Setelah menonton pertarungan2 yang ada di dalam video tersebut (dimana petarung2 keluarga Gracie mengalahkan lawan2nya dengan telak dan mudah), dalam hati saya masih berkata, “Ah, tidak mungkin seorang pesilat aliran Kung Fu dikalahkan dengan mudah – maklum memang saya juga pernah belajar Kung Fu sih.” Lalu, “Mungkin saja video yang mereka masukan yang pertarungan2 yang mereka menangkan saja. Kalau kalah sih tidak akan dimasukan.” Pikiran2 seperti ini tetap saja terlintas di benak saya walaupun saya sendiri kalau menghadapi pegulat di pertandingan Arnis juga selalu kalah telak.

Lalu pada tahun 1994, saya ikut kelas ekstra kulikuler di Universitas saya (UC San Diego) di kelas yang bernama “Ground Fighting.” Pada saat itu saya sudah bisa menerima keampuhan Brazilian Jiujitsu setelah melihat Royce Gracie memenangkan UFC 1 dan 2 dengan mudah tanpa cidera atau menciderai lawannya. Instruktur kelas tersebut adalah Roy Harris dan asistennya adalah Michael Jen. Keduanya warga negara Amerika Serikat. Kesan saya pertama adalah, “Kok yang mengajar bukan orang Brazil, ya? Tapi kok teknik2nya mirip sekali dengan yang dilakukan Royce Gracie, ya? Ya sudah lah, daripada tidak belajar sama sekali mendingan sama mereka saja, lah.” saya pikir.

Roy dan Mike sebelumnya ternyata juga pernah belajar di akademinya keluarga Gracie. Setelah dari keluarga Gracie, mereka juga berguru kepada Nelson Monteiro (salah satu pembuka jalan BJJ di AS yang tinggal di San Diego). Lalu juga pernah berguru kepada keluarga Machado (sepupu keluarga Gracie yang juga sama tersohornya di dunia grappling). Disini terlihat jelas adanya ketidakcocokan antara budaya Brazil dengan budaya AS. Orang2 Brazil pada umumnya cenderung untuk berkumpul bareng (atau yang kita sebut 'nge-geng' di Indonesia) sedangkan orang2 AS lebih cenderung individualistis. Jadi bagi orang amerika, untuk berguru kepada 2 guru (atau lebih) pada saat yang bersamaan merupakan hal yang normal karena fokus mereka adalah untuk meningkatkan kemampuan mereka sendiri. Sedangkan bagi orang2 Brazil, berlajar dari orang lain yang bukan seperguruan adalah pengkhianatan.

Yang membuat masalah menjadi lebih buruk adalah ketika Roy dan Mike mulai belajar Sambo (gulat Rusia) dari bekas juara Sambo Junior dari Rusia. Sambo adalah ilmu grappling yang mirip sekali dengan BJJ dan Judo hanya kelebihannya adalah dari segi keahlian mereka melakukan kuncian kaki. Kuncian kaki sudah lama dilarang di Judo dan begitu pula di BJJ. Masyarakat BJJ pada saat itu menganggap petarung yang menggunakan kuncian kaki adalah banci. Aneh sekali reaksi manusia terhadap sesuatu yang mereka tidak mengerti/kuasai. Padahal Roy Harris yang saat itu masih sabuk ungu di BJJ sudah sering bisa mengalahkan orang2 yang sabuk BJJnya lebih tinggi dengan kuncian kaki.

Akhirnya mereka bertemu dengan seorang guru BJJ yang sangat berpengertian, Joe Moreira. Joe adalah salah satu guru yang tidak pernah merasa takut untuk mengajarkan semua ilmunya kepada murid2nya. Mungkin sangking terlalu royal sampai sering kali beliau mengajarkan terlalu banyak sehingga muridnya malah jadi bingung karena kebanyakan pilihan teknik. Tapi bagaimanapun juga, saya tetap menghormati beliau karena ia adalah orang yang jujur dan berkepribadian bersih dari permainan2 politik yang tidak sehat. Beliau merupakan orang2 yang pertama yang berani membuka diri mengajarkan BJJ kepada atlit2 MMA non BJJ seperti Kimo Leopoldo dan Marco Ruas. Tentunya hal seperti ini sangat ditentang oleh masyarakat BJJ yang sangat eksklusif. Joe tidak perduli terhadap kritik dari komunitas BJJ karena fighter2 seperti Kimo dan Marco sudah janji akan bawa nama BJJ bila mereka bertanding di arena MMA.

Kembali lagi ke perjalan latihan saya di San Diego. Sewaktu saya baru mulai grappling, saya selalu ikut kelas grup dan tidak pernah ambil kelas privat. Alasan saya, “Ketika saya belajar beladiri lain seperti Arnis, Kun Tao, Silat, Karate, dsb saya tidak pernah perlu les privat, tuh. Hasilnya ok2 saja tuh.” Akibatnya saya selalu berada di bawah karena selalu tertekan oleh tekanan lawan2 saya (lagian tinggi saya hanya 168 cm dengan berat 70 kg melawan lawan2 yang paling tidak 175 cm dan jauh lebih berat). Dan tidak pernah sekalipun saya tidak pernah menyerah (tap out) bila grappling lawan siapapun (termasuk melawan wanita).

Setelah 3 bulan pertama saya selalu habis dilindas oleh semuanya (lagi2 termasuk wanita), saya cari2 informasi tambahan dari majalah pusaka saya (Black Belt Magazine), disitulah saya melihat adanya iklan yang dipasang oleh keluarga tersohor Gracie dengan bintangnya: Royce Gracie. Isinya mengajarkan ilmu2 keluarga Gracie Jiujitsu. Saya masih ingat pikiran saya ketika paket kiriman video tersebut tiba di depan pintu rumah saya. Saya berpikir, “Yess ... no more tapping out to girls!!!” Perasaan yakin semakin mengarungi saya ketika saya memutar video2 tersebut. Disitu saya belajar teknik2 baru yang saya yakin akan membuat teman2 latihan saya jadi kewalahan. 3 bulan berlalu tapi hasilnya kok sama saja ya (saya masih pikir bahwa les privat dengan Roy itu tidak perlu karena saya sudah punya videonya Gracie Jiujitsu – juara UFC), malahan sekarang saya lebih sering kena 'Triangle Choke' oleh teman2 saya (termasuk wanita), pada saat melakukan 'Guard Passing'. Lalu setelah 6 bulan tap out terus, saya datang kepada guru saya untuk minta petunjuk mengenai bagaimana caranya untuk mengembangkan diri lebih lanjut. Lalu Roy menawarkan untuk les private lebih banyak dulu sebelum grappling di kelas.

Setelah ambil privat dengan Roy, saya menayakan Roy mengapa kok yang diajarkannya sangat berbeda dengan yang ada di Video Gracie Jiujitsu. Kemudia ia menjelaskan bahwa sebenarnya materi2 yang ada di video mereka adalah jiujitsu tapi jiujitsu yang sudah dilunakkan. Lunak artinya teknik2nya mirip dengan hard core jiujitsu tapi lebih banyak 'vulnerabilities'nya (kelemahan). Sepertinya ini memang disengaja karena keluarga Gracie yakin bahwa yang membeli set video mereka adalah juga para petarung2 UFC (apalagi para pegulat2 AS). Inilah sebabnya pegulat2 seperti Dan Severn kalah dari Royce Gracie karena terkena Triangle Choke ketika juga melakukan 'Guard Passing'. Rupanya Dan Severn pun juga terjebak karena pernah menonton video instruksional Gracie Jiujitsu, ya?

Waktu berjalan terus, lalu saya pindah kota dari San Diego ke Los Angeles. Disana saya meneruskan latihan BJJ dibawah organisasinya Joe Moreira juga, tapi kali ini guru saya adalah Rick Lucero dan Richard Heard. Rick dan Richard juga adalah guru yang baik dan selalu berbagi ilmu tanpa menyembunyikan apa2. Sayapun juga tetap latihan dengan Roy bila saya sedang main di San Diego. Pada waktu yang sama, Michael Jen juga sudah tamat sekolah di San Diego lalu beliau akhirnya kembali ke kota asalnya di daerah San Jose dan disana ia buka sekolah sendiri (tetap dibawah organisasinya Joe Moreira).

Ketika saya kembali ke Indonesia pada Juni 1998, saya pikir latihan BJJ saya akan berakhir karena tidak ada guru dan teman latihan. Ternyata tidak lama setelah saya pulang, guru Kun Tao saya dan anaknya menghubungi saya dan menawarkan kepada saya apakah saya mau mengajarkan BJJ kepada mereka (toh juga saya perlu teman latihan).

Karena kesibukan saya di Indonesia, hubungan saya dengan Roy dan Mike sempat terputus apalagi pada saat itu sudah banyak sekali video2 instruksional mengenai BJJ yang dijual di Internet. Roy, Rick, dan Mike pada saat itupun juga sudah mampu membuat video mereka sendiri. Video yang dibuat Roy dan Rick laku keras, video buatan Mike lebih laku lagi (sampai jaman sekarangpun video mereka bisa dibilang salah satu video instruksional yang baik). Lalu belum lagi keluar video2 yang dibuat oleh Marrio Sperry, Pedro Carvalho, Ralph Gracie, Joe Moreira, Kazeka Muniz, Rick Lucero, Wallid Ismail, dsb. Bisakah anda membayangkan banyaknya video pada saat itu? Saat sekarang lebih banyak lagi, mungkin 3 kali lipat lebih banyak jenisnya.

Jadi dari tahun 1998 sampai 2004 saya melatih BJJ berdasarkan apa yang saya pelajari dari ratusan video BJJ (termasuk video pertandingan). Setiap kali melihat video baru, saya merasa 'cool' karena bisa menunjukan teknik2 yang baru2 apalagi lawan2 saya belum pernah lihat sebelumnya. Tapi seberapa kuat daya serap otak kita untuk bisa mengingat dan melakukan ratusan teknik dari video2 tersebut? Dari pengalaman saya sendiri sih ternyata teknik2 yang saya ingat dan mampu saya lakukan dalam grappling hanya sekitar 2% dari yang saya lihat.

Dimasa yang sama saya juga banyak bertemu rekan2 seperjuangan yang dahulu pernah belajar BJJ di luar negri (Amerika Serika dan Australia). Ternyata ada beberapa dari merekapun mengalami hal yang sama yang pernah dilalui oleh Roy dan Mike ketika belajar dibawah naungan keluarga Gracie (dimana isu2 politik sering kali menjadi lebih penting daripada latihan BJJ itu sendiri). Dari situ saya merasa beruntung karena saya tidak pernah harus dihadapkan kepada situasi tersebut. Ternyata dikalahkan oleh wanita dalam grappling itu jauh lebih produktif daripada harus menghadapi isu2 politik yang tidak produktif bagi kemajuan 'grappling skill' saya.

Ada juga rekan yang berlatih di lingkungan sekolah yang murid2nya terlampau kompetitif. Jangan salah paham karena kompetisi itu ada baiknya, tapi di lingkungan yang terlampau kompetitif, yang akan maju hanyalah orang2 yang memang punya hasrat untuk berprestasi di pertandingan dan biasanya orang2 tersebut juga cenderung memiliki kelebihan fisik yang lebih kuat dari lainnya. Singkat kata, yang akan maju pesat hanyalah orang2 ini sedangkan murid2 yang hanya ingin belajar untuk olah raga saja dan tidak memiliki fisik yang prima seperti superman (termasuk saya) akan terhambat karena tidak pernah diberi kesempatan untuk mengembangkan sedikit demi sedikit. Latihan yang terlalu kompetitif juga meningkatkan kemungkinan cidera. Bila sudah cidera, maka biasanya kita harus berhenti latihan selama berbulan2. Apakah itu akan membantu perkembangan kita? Untung saja selama saya latihan dari tahun 1994 sampai sekarang, saya belum pernah cidera berat karena grappling (kadang2 saja terkena pegal-linu di leher dan pernah cidera siku kiri karena kena Armbar). Sebenarnya di AS pun orang yang berlatih BJJ untuk kompetisi jumlahnya jauh lebih sedikit dibanding orang yang latihan untuk hobi dan kebugaran.

Lalu pada tahun 2004 ketika saya kebetulan sedang berkunjung di San Jose, saya menghampiri Michael Jen yang ketika itu telah memegang sabuk hitam di BJJ. Jujur saja, ilmu yang diajarkannya kepada saya sangat berbeda (jauh lebih maju) dibanding dengan yang saya alami dahulu ketika Mike masih menjadi asisten Roy di San Diego. Ilmu yang diajarkannyapun juga sangat berbeda dengan yang ditayangkan di video instruksionalnya yang dijual di Internet. Dari saat itu sampai sekaranglah saya kembali menjadi murid tetap beliau. Bahkan dari materi yang Mike ajarkan di 2004, di tahun 2006 juga sudah ada perbaikan untuk materi yang sama.
Minggu lalu, saya baru mengundang kembali guru lama saya, Roy Harris (sekarang juga telah menjadi sabuk hitam di BJJ), untuk memberikan seminar BJJ di Indonesia. Metode mengajar Roy pun juga jauh berbeda dengan yang beliau ajarkan dimasa lalu.

Hikmah dari perjalan grappling yang saya alami ini adalah:
Akan selalu ada cara yang lebih baik dari cara yang kita kerjakan sekarang. Perbaikan adalah merupakan suatu hal yang tidak ada batasnya.

Jadi bagi para pembaca yang ingin menekuni grappling, janganlah menutup kemungkinan bahwa yang anda kerjakan hari ini belum tentu adalah cara yang terbaik. Ilmu yang saya latih pun juga jauh dari sempurna, tapi satu hal yang pasti adalah perjalanan menuju kesempurnaan adalah hal yang paling membahagiakan dan banyak pahalanya.

Salam Hangat

Wednesday, April 05, 2006

Universal Grappling dan Submission Wrestling

Selamat datang ke dalam blog kami.

Universal Grappling adalah klub latihan olah raga Submission Wrestling/Grappling. Misi kami adalah untuk mengembangkan ilmu olah raga submission wrestling di Indonesia.

Mengapa Submission Wrestling?

Olah raga ini termasuk jenis olah raga bela diri gulat dimana tujuan permainannya adalah untuk mendapatkan 'submission' (membuat lawan menyerah dengan memberikan tanda 'tap out'). 'Wrestling/Grappling' artinya tidak diperbolehkan untuk melakukan tinju, tendangan, sikutan, dan serangan2 benturan lainnya; melainkan para petarung harus menggunakan usaha pelumpuhan hingga lawan menyerah. Dengan kata lain, Submission Wrestling adalah Mixed Martial Arts minus serangan pukulan.

Mengapa Submission Wrestling/Grappling sangat menarik? Memang di Indonesia baru mulai, tapi di luar negri sudah banyak peminatnya karena:


  1. Peraturan pertandingan Submission Wrestling relatif bebas dari larangan maka sangat dimungkinkan diadunya para petarung dari disiplin ilmu grappling yang berbeda, contoh: Greco Roman vs Judo, Brazilian Jiujitsu vs Sambo, Judo vs Aikido, dsb.
  2. Bagi petarung lebih aman dibanding dengan Mixed Martial Arts. Lebih aman dari segi kemungkinan gegar otak dan cidera lainnya.
  3. Para grappler diperbolehkan menggunakan pakaian yang mereka anggap cocok untuk gaya grappling mereka. Jadi petarung diperbolehkan menggunakan: Gi (kimono yang digunakan di Judo dan Jiujitsu), baju gulat, hakama (aikido), rash guard (baju khas submission grappling dan juga digunakan dalam surfing), kaos oblong, T-shirt, dsb. Ini menyebabkan lebih adanya elemen gaya hidup (lifestyle) yang lebih trendi bagi para penggemarnya.
  4. Pertandingan Submission Wrestling lebih bertempo tinggi dibanding dengan pertandingan gulat lainnya yang menggunakan pakaian yang tebal (seperti Brazilian Jiujitsu).
  5. Merupakan dasar yang kuat bagi para petarung yang ada rencana untuk meniti karirnya di dunia Mixed Martial Arts.

Yang dilatih di Universal Grappling

Tujuan utama dari Submission Wrestling adalah mengalahkan lawan dengan pelumpuhan. Banyak cara untuk melumpuhkan lawan (baik pada saat lawan berdiri maupun saat di tanah). Karena faktor mobilitas pada saat pertarungan berdiri, maka akan sangat sulit bagi para petarung untuk bisa melumpuhkan lawan selama kedua kaki lawan masih berdiri. Mengingat hal ini, maka strategi yang umum diadopsi oleh seorang submission grappler adalah untuk membawa perkelahian ke tanah dimana ruang gerak untuk melepaskan usaha pengkontrolan dan pelumpuhan jauh lebih terbatas.

Atas dasar itulah maka kami melatih ilmu2 yang terbaik dari berbagai macam ilmu grappling seperti:

  1. Brazilian Jiujitsu, yang terkenal akan gulat tanahnya (95% dari waktu latihan BJJ disisihkan untuk perkelahian di tanah). Untuk alasan ini, maka sebagian besar dari waktu latihan kita akan difokuskan untuk menguasai pergulatan di tanah
  2. Greco Roman Wrestling, terkemuka akan kemampuan clinch (mendominasi poros tengah lawan pada saat berdiri
  3. Freestyle Wreslting, yang tersohor dengan jenis2 bantingannya
  4. Sambo (gulat Rusia), yang merupakan ensiklopedi berbagai macam pelumpuhan sendi, khususnya kuncian2 kaki
  5. Catch as Catch Can (gulat tradisional Amerika Serikat), yang juga merupakan kamus pelumpuhan seperti gulat Rusia
  6. dsb, tanpa bermaksud untuk merendahkan atau menyinggung ilmu gulat lainnya kami juga terbuka untuk mengadopsi ilmu lain diluar yang dijelaskan diatas

Di masa datang, kami akan menulis topik2 lain yang berhubungan dengan olah raga Submission Wrestling seperti metode latihan, teknik, taktik, strategi, dst.